Langsung ke konten utama

Terima Kasih Sudah Denganku (Bagian Kedua)


Kebetulan kamu kuliah di Jogja dan Jogja merupakan kota yang  istimewa. Setiap sudut kotanya memiliki ceritanya sendiri, mampu membuat siapa saja jatuh cinta dan  kembali ke kota tersebut. Awalnya kamu bertanya mengenai kota tempatku kuliah, lalu kuceritakan beberapa hal mengenai kota tersebut. Aku juga iseng bertanya mengenai sekaten, kebetulan di bulan itu Jogja sedang ada sekaten. Kamupun menjawabnya dengan sempurna seolah tahu jika itu kode aku mau berkunjung ke Jogja, dan benar kamu mengiyakan dengan senang hati, Semudah itu kalau denganmu. Kamu juga nasih hafal dengan kesukaanku. Novel dan kuliner, iya betul kedua hal itu memang sudah menjadi kesukaanku. Bahkan saat kamu belum mengenal aku. Sebelumnya aku bertanya dan memastikan terlebih dahulu jika kita bertemu tidak ada yang marah ataupun salah paham, karena setahuku terakhir saat kamu kelas duabelas kamu sedang berpacaran dengan teman satu sekolahmu itu, kamupun berkata sudah tidak lagi dengan teman satu sekolahmu itu. Saat itu juga posisi kita sama, tidak sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Jadi tidak ada yang marah bahkan salah paham jika kita bertemu. Tidak ada yang mengira bukan, jika akhirnya kita akan bertemu lagi.

Postingan populer dari blog ini

November, Nopartner :)

 Aku sudah lama menyimpan tulisan ini, yang nantinya akan aku bagikan pada waktu yang tepat. Saat inilah merupakan waktu yang tepat untuk membagikan tulisan ini setelah bulan lalu manusia itu memutuskan untuk pergi. Jadi begini. Pada akhirnya semua kenangan, tawa, canda, serta rencana yang sudah kita buat tidak menjadi nyata. Bahkan usaha untuk bersama hanya menjadi omong kosong. Lagu yang sering kita nyanyikan saat berada di motor, bahkan kamu selalu protes mengenai suaraku yang jelek ini. Wangi parfumu yang selalu melekat pada tubuhmu, aku hafal betul. Tentang semua kenangan yang saat ini menjadi hantu di sudut pikir. Bahkan, ramah tamah orang tuamu yang sudah tidak bisa aku temui lagi. Kini aku sadar itu tidak bisa terulang lagi. Juga mengenai alasan kenapa kamu memilih untuk pergi, tidak bisa bertahan lebih lama? Maaf. Belum bisa merelakanmu. Besok aku akan berusaha lebih keras lagi.

Hei, Boleh Kangen?

Sudah beberapa bulan hubunganku dengannya berakhir. Aku berusaha untuk baik-baik saja. Perlahan aku membuka hati. Tapi tidak sepenuhnya untuk orang baru. Terkadang aku takut bahkan ragu. Aku belum cukup untuk menenangkan diri. Hati dan pikiranku kacau. Hari demi hari berhasil aku lalui. Tapi sialnya. Kamu muncul di pikiranku lagi. Kalau kamu tahu. Aku kangen.

Senang atau Sedih?

Bagaimana rasanya menunggu seseorang tanpa pernah kamu tahu orang itu akan kembali? Kamu harus senang atau sedih, karena kamu tidak pernah tahu kapan rasa senang atau sedih itu akan datang. Kamu boleh senang karena usahamu untuk menunggu akhirnya tidak sia-sia, bukankah itu yang kamu mau. Tapi, di satu sisi kamu sedih karena sewaktu-waktu orang itu memutuskan untuk pergi lagi. Sialnya kamu membenci situasi seperti ini. Kamu dihantui rasa khawatir mengenai kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sudah jangan terlalu memikirkan kemungkinan buruk itu. Kamu hanya perlu duduk sebentar, biarkan pikiranmu memahami itu semua. Jangan pernah takut karena apa yang kamu takutkan belum tentu terjadi, saat ini kamu harus menghadapi itu semua. Tapi kamu harus ingat, jangan pernah taruh ekspektasimu ke orang itu ataupun berharap. Karena jika kamu melakukan itu. Kamu harus siap dengan kecewa yang akan jadi teman. Satu lagi, semoga semesta selalu berpihak kepadamu ya.