Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Katanya Begini

Begini katanya "Tidak apa-apa kamu belum mencintaiku, nanti juga akan mencintaiku seiring berjalannya waktu" "Tugasku membuatmu bahagia dan memastikan kamu aman" "Masih ada banyak hari untuk memperbaiki diri" "Berproseslah denganku" "Dikode sebanyak apapun aku tidak bakal peka, untuk itu berbicaralah apa maumu sayang" "Setia itu butuh perjuangan sama halnya aku sayang kamu" "Bagiku hubungan jarak jauh itu berat, tapi ada kamu yang menguatkan" "Ceritakan semuanya tentang masa lalumu. Aku akan mendengarkan" "Pelan-pelan saja mengikhlaskan. Ada aku yang akan membantumu. Kamu pasti bisa" "Bukankah rasa nyaman itu mengalahkan segalanya" "Aku tidak apa-apa kamu selalu menuntutku. Selama kamu tidak ada niatan untuk pergi. "Menangislah jika itu membuatmu lega, ada pundakku untukmu bersandar" "Kamu itu unik. Beda dari yang lain...

Hei, Jangan Diblokir Lagi Ya :)

Maaf, sampai saat ini belum bisa melupakan. Maaf, belum bisa mengikhlaskan. Dan maaf belum bisa merelakan. Maaf juga untuk pesan yang aku kirimkan sehingga membuatmu tidak nyaman. Aku belum terbiasa melewati hari setelah tidak denganmu lagi. Aku lupa jika kamu sudah tidak denganku lagi. Bahkan aku juga lupa tidak akan lagi kudapati notifikasi chat darimu. Aku kira kamu hanya ingin sendiri dulu, seperti apa yang sering kamu lakukan dulu. Dan aku juga mengira kamu hanya ngeprank, terus beberapa bulan setelah ini kamu akan kembali lagi. Nyatanya sampai hari ini tidak begitu. Apa tidak bisa kamu denganku lagi?

(:

Lain kali jangan pernah ada niatan untuk singgah. Jika kamu tidak mau untuk menetap. Perasaan tidak pernah sebercanda itu. Kamu tahu? Hati ini mudah patah. Dan aku termasuk perempuan yang mudah rapuh. Bagaimana bisa kamu pergi tanpa ada beban. Karena sifatku? Bukankah kamu sendiri yang bilang. Tidak akan pernah meninggalkanku. Kamu sudah lupa ya? Atau mungkin kamu pergi karena ada orang baru? Bagaimana bisa kamu mengabaikan semua pesanku. Kamu sudah tidak nyaman dengan pesan yang aku kirim itu? Hei, setidaknya aku senang. Karena kamu sudah membaca pesan itu. Maaf jika kamu risih.

:')

“ Aku mau tanya sesuatu boleh? “ “ Boleh, tanya aja “ “ Jangan marah ya “ “ iya tenang aja “ “ Janji ya “ “ iya” “ Kamu gak mau pacaran biar bisa mbribik ya? “ “ Lho bukan gitu “ “ Terus kenapa?” “ Aku gak mau pacaran soalnya aku udah janji sama ibuku nggak mau pacaran dulu. Bukan berarti aku bisa mbribik. Kalau kamu gak percaya yaudah yuk tak ajak ketemu sama ibuku kamu bisa Tanya sepuasnya” Ucapmu beberapa tahun yang lalu sebelum kamu memutuskan untuk berpacaran denganku, dan memutuskan untuk pergi dari hidupku.

Kenapa?

Tuhan, kenapa harus aku yang dipertemukan dengan seseorang itu. Dari awal aku menyadari aku belum jadi perempuan yang baik. Sifat ku masih kekanakan, masih manja, masih sering marah tidak jelas, masih berpikiran negatif, dan masih belum sabar. Kenapa harus bertemu dengannya? Dia laki-laki baik yang penuh optimis dalam hidup. Selalu sabar dan tidak pernah marah denganku. Dari sikapnya sudah terlihat kalau dia benar-benar tulus mencintai. Aku menyesali pertemuan ku dengannya Tuhan. Kenapa harus bertemu di saat aku belum menjadi perempuan baik. Seandainya aku sudah bisa memperbaiki sikap serta sifat ku, pasti dia tidak akan pergi bukan?
Kamu memblokir kontak yang dulu tiap hari kamu kirim kalimat rindu. Yang selalu kamu beritahu mengenai harimu. Tapi, untuk sekarang sudah beda cerita. Kamu sudah tidak lagi denganku. Terlepas pada siapa teman berbalas pesan mu itu. Aku titipkan. Semoga dia perempuan baik yang tidak akan kamu tinggalkan. Maaf, aku rindu.

:)

Dulu waktu masih sama kamu dan aku belum move on dengan seseorang, kamu datang. Aku sempat menyalahkanmu karena kamu mencintai orang yang belum move on. Katamu, jatuh cinta hak semua orang. Aku kira kamu akan menyerah begitu saja. Tapi kamu dengan keras kepala tidak menyerah dan berjanji untuk membantuku. Kamu sendiri yang bilang. Move on dengan pelan dan tenang, agar aku menang. Aku masih ingat betul. Dan berkat kamu juga aku bisa melupakan seseorang itu. Terima kasih sudah pernah ada. Tapi, kamu memutuskan untuk pergi dari hidupku. Jadi, aku harus move on lagi.

Kandas.

Di awal saat kamu bilang menyukaiku. Saat itu juga aku memberanikan diri untuk jatuh cinta. Tentunya jatuh cinta denganmu. Aku kira hubungan kita akan bertahan lama. Tapi cinta kita kandas juga. Kamu memilih pergi. Pergi untuk meninggalkanku.

Untuk Seseorang

Untuk seseorang yang baru saja memilih pergi dari hidupku. Bahkan memblokir semua akses untuk berkomunikasi dengannya. Aku sedang berusaha untuk merelakannya. Iya, merelakannya berjuang bersama dengan pilihannya. Mewujudkan mimpi serta impiannya. Membiarkannya menggapai masa depan, walau bukan aku yang dipilih untuk menemani disetiap proses dan tahapnya. Setidaknya aku pernah menjadi milik seseorang itu. Setidaknya aku pernah bersama dengannya, walau tak selama yang aku mau. Setidaknya aku pernah merasa dicintai dan bahagia bersama dengannya. Tapi, pada akhirnya kini berakhir semu.

Delapan Agustus

"Hari ini aku mau jalan sama pacar ya" "Loh kok pacar?" "Kamu sekarang jadi pacarku" "Kok milihnya tanggal delapan" "Iya soalnya angka delapan bagus" "Kenapa?" "Soalnya gak ada ujungnya" "Oh iya ya" "Iya biar aku sama kamu gak berakhir" Kamu masih ingat? Mungkin kamu sudah lupa. Lain kali jangan seperti itu lagi. Kamu sendiri yang bilang. Tapi, kamu sendiri yang lupa dengan perkataanmu. Khilaf katamu? Keadaan katamu? Apa lagi? Mungkin aku yang terlalu berharap sama kamu. Atau aku yang terlalu percaya dengan perkataanmu itu.

Tenang Saja

Perihal mencintaimu biarkan menjadi urusanku dengan Tuhan. Tenang saja aku tidak akan mengganggumu. Tidak penting juga bagimu. Jadi, tidak usah dipikirkan. Pikirkan saja bahagiamu tanpa mematahkan hati orang lain. Bahkan harapan orang lain. Aku memang tidak berhak untuk mengetahui kabarmu. Aku hanya ingin tahu, sudahkan Tuhan mengabulkan doaku atau belum. Kamu tahu? Aku mendoakanmu adalah kalimat sederhana dari aku mencintaimu. Meski aku bukan siapa-siapa bagimu. Bahkan tak berarti apa-apa. Aku akan selalu berdoa. Berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaanmu. Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya berusaha menepati janjiku. Aku akan selalu menemani. Iya. Menemani sebatas doa. Selamat malam. Selamat beristirahat. Peluk jauh untukmu. Maaf sudah mengecewakan.

Tidak Masalah

Kamu mau tahu tentang sesuatu? Sini aku kasih tahu. Sebagian orang tentu memiliki alasan untuk berhenti menunggu. Tapi aku sendiri tidak. Aku tidak mau menyerah begitu saja. Bagiku tidak masalah jika harus menunggu lama. Tidak masalah juga jika yang kutunggu tidak datang. Bahkan tidak masalah jika yang datang ternyata bukan yang aku tunggu. Aku akan baik-baik saja.

Permintaan Maaf

Maaf untuk doa yang diam-diam memintamu kembali lagi. Membawa tubuhmu dalam pelukanku. Maaf untuk doa yang diam-diam memintamu kembali. Pada perasaanmu yang pernah mencintaiku. Maaf untuk doa yang memintamu agar kamu menjadi masa depanku. Maaf. Aku sering membicarakanmu dengan Tuhan. Karena banyak semoga yang selalu kuakhiri dengan amin. Aku tau tidak ada doa yang tidak didengar Tuhan bahkan salah. Maafkan aku yang selalu melibatkanmu dalam setiap doaku. Maaf mengenai doaku yang mungkin tidak bisa kamu terima sehingga membuatmu risih. Jika kamu risih bahkan tidak bisa memaklumi. Silahkan berdoa rayu Tuhan. Minta agar aku berhenti.
Aku boleh bertanya bukan? Bagaimana rasanya merindukan seseorang yang sudah tidak bisa lagi bersamamu? Tolong dijawab.
Sampai detik ini aku menjadi perempuan yang keras kepala memintamu untuk tidak pergi. Namun, aku juga tidak memaksamu untuk tetap tinggal. Aku tau kamu sudah tidak nyaman. Bahkan hatimu tidak mau untuk menyimpanku. Seperti apa katamu. Kamu tidak ingin aku sulit melupakan. Seperti katamu juga. Kamu sudah tidak bisa lagi denganku. Baiklah aku akan mengiyakan. Aku akan belajar memperbaiki diri. Aku juga akan belajar membenahi hati. Dan belajar untuk mengikhlaskan kamu yang memilih pergi dari hidupku.

Berakhir

Aku selalu bertanya. Kenapa harus aku? Dan kenapa harus berakhir. Jika berakhir seperti ini harusnya kamu tidak usah mendekat. Harusnya kita tidak usah saling kenal jika pada akhirnya menjadi asing lagi. Bukankah lebih baik kamu tidak usah datang di kehidupanku. Jika akhirnya kamu memilih untuk pergi dan meninggalkan semuanya. Tidak ada yang menyangka, kamu yang selalu aku semogakan. Akhirnya berakhir seperti ini. Mungkin aku terlalu berharap. Harapan-harapanku kepadamu sudah terlalu banyak.
Hei, apa kabar? Bagaimana dengan kegiatanmu? Semoga lancar ya. Besok pagi akan jadi hari yang sibuk bagimu bukan. Semangat ya. Jangan tidur terlalu malam. Jaga kesehatan dan pola makanmu. Jangan lupa sikat gigi kamu sebelum tidur. Jangan lupa juga pakai jaketmu. Suhu malam serta pagi hari terlalu dingin untuk tubuhmu yang jauh dari pelukan. Semoga harimu menyenangkan. Salam sayang dari aku yang masih mengharapkanmu kembali.
Setelah memutuskan untuk pergi dariku. Kamu ke mana saja? Siapa saja perempuan yang sudah kamu temui? Sudah ketemu belum? Apa perempuan itu tidak marah-marah? Apa perempuan itu mencintaimu? Apa perempuan itu sabar? Aku harap iya. Hei, kamu boleh ke mana saja. Sesuka kamu. Tapi ingatlah kalau hati hanya punya satu tujuan saja. Masih ingat jalan pulang bukan? Jika kamu lupa, ingatlah aku. Percayalah kamu tidak akan tersesat. Selamat mencari. Semoga menemukan yang kamu mau dan terbaik. Sesekali ingatlah aku jika kamu lupa siapa yang masih sayang sampai saat ini.
Pada jam-jam tertentu aku masih berharap kamu akan mengirim pesan. Aku menunggumu untuk menyapaku terlebih dahulu. Seperti kebiasaanmu yang lalu. Kamu dan aku menjadi dua orang asing. Tidak ada lagi percakapan rutin sebelum tidur. Aku berhenti menebak bagaimana harimu. Dan kamu berhenti mengingatkan aku agar tidur lebih cepat.